Minggu, 11 Desember 2011
Just Writing ; Blue Ocean Strategy (Jabatan Basah, Kering)
"CIPTAKAN RUANG PASAR TANPA PESAING, DAN BIARKAN KOMPETISI TAK LAGI RELEVAN"
Blue Ocean Strategy, merupakan salah satu tema penting dalam wacana manajemen strategi lima tahun belakangan. Digagas oleh profesor asal Korea, Chan Kim dan rekannya dari Perancis Renee Mauborgne, tema ini hendak mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memenangkan kompetisi bisnis yang kian dinamik.
Pengertian strategi samudra biru menurut W. Chan Kim dan Renee Mauborgne:
“Bagaimana membuat ruang pasar yang belum terjelajahi, yang bisa menciptakan permintaan dan memberikan peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan. Intinya, bagaimana bersaing dengan tangkas dalam kompetisi; bagaimana secara cerdik membaca persaingan, menyusun strategi dan kerangka kerja yang sistematis guna menciptakan samudra biru”
Definisi yang dikemukakan diatas menjelaskan bahwa strategi samudra biru bukan strategi untuk memenangkan persaingan akan tetapi strategi untuk keluar dari dunia persaingan dengan mencitakan ruang pasar yang baru dan membuat pesaing dan kompetisi menjadi tidak relevan.
Secara simple Blue Ocean Strategy menunjukkan dua lautan strategi yaitu laut merah (red ocean) dan laut biru (blue ocean). red ocean merupakan lautan yang selama ini dicari, dikejar dan direbut orang dengan kompetisi tingkat tinggi atau istilahnya "berdarah-darah", sementara blue ocean merupakan lautan yang selama ini cenderung dilupakan orang karena cenderung tidak populer. Padahal dibalik itu semua tersimpan potensi inovasi, ruang/wilayah bisnis yang tidak banyak dilirik orang dan resiko kerugian yang minim.
jelas bahwa kemunculan buku Blue Ocean Strategy diperuntukkan dalam kompetisi dunia bisnis yang semakin ketat. Pertanyaannya apakah bisa strategi ini bisa diberlakukan di sektor publik, birokrasi atau pemerintahan?. Saya sendiri sulit menemukan tulisan-tulisan yang berkenaan dengan Blue Ocean Strategy di sektor pemerintahan, entah itu tesis, tulisan pakar atau tulisan para blogger.
Untuk itu dalam kesempatan ini saya berusaha untuk sedikit berbagi "pengalaman" (kalau bisa disebut begitu) atau berpendapat mengenai Blue Ocean Strategy di sektor pemerintahan, khususnya dibidang tugas yang saya jalani saat ini, tentu saja dikaitkan dengan topik "nyeleneh" seperti pada tittle 'JABATAN BASAH, JABATAN KERING'
Pada sektor pemerintahan, sudah awam sekali dikenal ada jabatan basah-kering, ataupun jabatan populer-tidak populer. Jabatan Basah atau Jabatan Populer ini menunjuk pada jenis-jenis jabatan yang strategis, prestisius, banyak dikejar-kejar orang hingga melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Sementara jabatan kering dan tidak populer adalah jabatan yang tidak banyak dicari orang, "dikasihpun ogah", "mending jadi staff ajah deh" atau alasan lainnya karena tidak prestisius, tidak membanggakan dan tentu saja tidak banyak menghasilkan pundi-pundi tabungan.
Di lingkungan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan, selain jabatan populer juga bisa disebut adanya UPT populer. Dari keempat UPT yang ada, Lapas dan Rutan merupakan UPT populer yang menjadi magnet baik bagi pejabat maupun staff untuk bertugas di UPT tersebut. Sementara dua UPT lainnya yaitu Bapas dan Rupbasan, cenderung tidak populer baik dari segi jabatan maupun staffnya. Kenapa kondisi ini tercipta? ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, MAU TAHU? (Mudah-mudahan tulisan berikutnya bisa dikupas).
Baiklah kita kembali pada jabatan populer dan tidak populer tadi. Umumnya jabatan populer ini merupakan jabatan yang menjadi mercusuar berhasil tidaknya Tugas pokok dan fungsi organisasi. Hal ini misalnya di Lapas/Rutan faktor keamanan merupakan hal yang utama, sehingga ketika terjadi pelarian ataupun kerusuhan maka Lapas/Rutan tersebut, terutama kepala keamanannya (Ka. KPLP/Ka. KPR)dianggap tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, demikian pula sebaliknya. Namun jangan lupa, jabatan ini begitu banyak dicari dan dikejar orang, kenapa?...(JAWAB SENDIRI YAH).
Okelah, saya tidak mau terjebak dengan penyebutan jabatan-jabatan mana saja yang populer dan tidak. Kita lanjut dengan apa yang saya dapatkan setelah membaca buku yang kata orang keren BGT GT Loch...!!!..hehehehehe.....
Dalam kaitannya dengan jabatan, setelah membaca buku Blue Ocean Strategy, saya tersadar bahwa selama ini orang kok selalu mengejar jabatan-jabatan strategis dan populer dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Nah, di strategi samudra biru saya menemukan bahwa pada dasarnya semua jabatan itu sama saja, mau dia basah atau kering, populer atau tidak itu semua tergantung kita memandangnya. Kalau berbicara dari sudut pandang prestise dimana orang-orang akan berkata “wah anda hebat, bisa di posisi ini”, “salut ama lu...pergerakan kariernya cepet sekali...”. iya benar jabatan itu populer dan strategis!!!.
Dalam konteks ini saya lebih baik berposisi sebagai penonton atau bahkan pengamat untuk posisi jabatan-jabatan tersebut. Seru dan heboh kalau sudah menyangkut pergerakan, pergeseran, bahkan intrik untuk memperebutkan jabatan strategis tersebut, termasuk mendengar apa yang dilakukan para nominator agar menang dalam persaingan.
Berposisi sebagai penonton tidak berarti hanya melihat, baik melihat jalannya arus air sungai, tetapi pelan-pelan saya mempelajari orang boleh maju dengan caranya sendiri, dan saya juga punya hak untuk maju dengan cara saya sendiri. Dan cara itu saya dapatkan di strategi samudra biru.
Saya mengibaratkan bahwa jabatan populer nan strategis tadi sebagai red ocean (samudra merah), dimana orang-orang memperebutkannya dalam kompetisi yang sangat ketat dan berdarah-darah. Sementara jabatan yang tidak populer dan cenderung dijauhi saya ibaratkan sebagai blue ocean (samudra biru). Tidak gampang memang untuk menerima kondisi dan fakta bahwa “mmmmhh..kayaknya saya bisanya hanya di jabatan-jabatan ini aja...”. Terkesan mengeluh dan ga bersemangat memang, tapi itu proses yang wajar, karena sangat manusiawi kalau orang bercita-cita menduduki jabatan yang populer, strategis dan dibutuhkan banyak orang.
Pada jabatan yang tidak populer, umumnya waktu dan tenaga tidak begitu terkuras, karena memang selain beban kerjanya tidak terlalu padat, juga minim resiko sehingga apabila terjadi masalah, biasanya tidak dipicu pada tugas pokok dan fungsi (TUSI) pada jabatan ini. Jadi, yah..”nyantai..” itu kata yang tepat. Kalau saya mensikapi kondisi ini dengan legowo, wah berarti saya sekarang dikasih waktu yang lumayan lenggang untuk belajar, atau melakukan hal-hal lain (inovasi-red) baik untuk diri sendiri maupun organisasi (?). Saya manfaatkan waktu itu untuk banyak belajar, tentunya dimulai dengan mengubah cara pandang saya tentang jabatan populer dan tidak populer tadi tentunya. Dan yang terpenting untuk dalam diri saya sendiri saya melakukan Inovasi-inovasi terutama Inovasi Nilai. Inovasi Nilai yang saya maksud disini adalah cara saya memandang pekerjaan, jabatan, dan cara saya mengisi diri dengan hal-hal yang menurut saya bisa meningkatkan kompetensi diri pribadi saya dalam bidang apapun, termasuk menambah networking.
Menciptakan Lapangan Permainan Baru
Dalam konteks ini, permainan baru yang saya maksud adalah jabatan tidak populer tadi. Bahwa saya pribadi dan mungkin juga orang lain seharusnya bisa menempatkan bahwa ayo kita juga harus bangga dengan jabatan ini, walau banyak orang yang memandang sebelah mata, dianggap tidak penting atau bahkan yang terasa dalam rapat tidak dimintai pendapat..hahhahaa....!!!!. Kebanggaan tersebut harus diciptakan sehingga dimanapun kita berada kita percaya diri dan mampu menunjukkan kualitas diri kita. Bebannya menang tidak ringan. Selain harus mampu membangun kepercayaan diri yang tinggi, Ingat!!! Kita juga harus mengisi diri kita dengan kemampuan yang lebih sehingga secara personal orang akan tahu kualitas diri kita, walau kita memang hanya di jabatan tidak populer.
Melompat ke dalam Ruang Pasar Baru.
Melompat ke dalam ruang pasar baru paling tepat untuk menggambarkan strategi perusahan dalam kompetisi yang sangat ketat. Dalam konteks birokrasi saya lebih senang menggambarkannya sebagai langkah siap-siap atau langkah strategis membangun usaha. Semua orang tahu dan percaya bahwa menjadi PNS, birokrat atau bekerja di pemerintahan adalah pengabdian. Anda tidak mungkin akan kaya raya kecuali anda korupsi, ya ga...? contohnya sudah banyak baik yang di depan mata kita sendiri mapun diluar sana.
Kalau kita mau kaya tentu harus jadi pengusaha. Tapi bagaimana menjadi birokrat yang tetap mengabdi kepada negara namun kaya raya? Maka jadilah keduanya, yaitu Birokrat dan Pengusaha, bisa kan??....
Kenapa ide ini muncul?..ya tadi karena jabatan yang tidak populer tadi memberikan ruang gerak yang cukup leluasa buat kita untuk “do something else” tanpa meninggalkan tugas pokok dan fungsi kita. Apapun bentuk usaha yang nantinya akan dilakukan dan dikerjakan itu soal lain, yang penting waktu luang yang “banyak” tidak sia-sia, karena kita tidak tahu, suatu saat, cepat atau lambat, tiba-tiba kita diminta untuk menduduki jabatan populer?..who knows..khan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar